Senin, 07 Januari 2019

ARTIKEL KEPUASAN KERJA

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
Oleh : Anita Saraswati
Mahasiswa Prodi Akuntansi, Universitas Gunadarma
Email : anitasaras97@gmail.com
KEPUASAN KERJA

PENDAHULUAN

Dalam era globalisasi ini persaingan bisnis semakin ketat dengan kompetitornya, perusahaan dituntut untuk dapat bersaing dengan perusahaan lainnya. Hal ini menuntut perusahaan untuk memiliki keunggulan dan melakukan inovasi agar terus bertahan. Untuk dapat unggul dan melakukan inovasi, perusahaan harus memiliki sumber daya manusia yang mampu mendukung perusahaan dalam mencapai tujuannya.
Perusahaan membutuhkan sumber daya manusia yang kompeten untuk melakukan kegiatan-kegiatan di dalam perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan sebaiknya melakukan pengelolaan yang baik terhadap karyawan melalui manajemen sumber daya manusia. Dengan adanya pengelolaan yang baik, maka akan mewujudkan kepuasan kerja karyawan.
Menurut Robbin (2003:78) dalam buku “Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan” menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah sikap umum terhadap pekerjaan seseorang yang menunjukkan perbedaan antara jumlah penghargaan yang diterima pekerja dan jumlah yang mereka yakini seharusnya mereka terima.
Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual karena setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam diri setiap individu semakin banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan.



Studi Terdahulu tahun 2012-2015
No
Nama dan Tahun Penelitian
Judul
Hasil Penelitian

1.
Noor Arifin, 2012
Analisis Kualitas Kehidupan Kerja, Kinerja, dan Kepuasan Kerja pada CV Duta Senenan Jepara
Hasilnya menunjukkan bahwa kualitas kehidupan kerja mempengaruhi kinerja, kepuasan mempengaruhi kinerja karyawan, dan kualitas kehidupan kerja tidak berpengaruh pada kepuasan karyawan.

2.
Eddy Madiono Sutanto dan Carin Gunawan, 2013
Kepuasan kerja, Komitmen Organisasional dan Turnover Intentions

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan kerja dan komitmen organisasional berpengaruh signfikan baik secara parsial maupun simultan terhadap turnover intentions karyawan.

3.
S Pantja Djati dan M Khusnaini, 2004
Kajian terhadap Kepuasan Kompensasi, Komitmen Organisasi, dan Prestasi Kerja
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepuasan karyawan dengan materi dan kompensasi sosial telah secara signfikan mempengaruhi loyalitas pegawai, kemauan untuk bekerja dan esprit de corps.

4




I Wayan Juliantara dan I Gede Riana, 2015






Pengaruh Motivasi dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan Koperasi di Denpasar
Hasil penelitian menunjukan bahwa motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja, motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja, kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja.
5
Rita Johan, 2002
Kepuasan Kerja Karyawan dalam Lingkungan Institusi Pendidikan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian diterima dalam arti bahwa terdapat hubungan positif antara ketiga variabel bebas dengan variabel terikat baik secara sendiri-sendiri ataupun bersama-sama.
6
Arum Darmawati, 2013
Pengaruh Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi terhadap Organizational Citizenship Behavior
Penelitian ini menemukan bahwa variabel kepuasan kerja memiliki pengaruh positif dan signifikam terhadap variabel organizational citizenship behavior sementara itu komitmen organisasi pengaruhnya tidak signifikan.
7
Ayu Desi Indrawati, 2013
Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan dan Kepuasan Pelanggan pada Rumah Sakit Swasta di Kota Denpasar
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ininyaitu kepuasan kerja berpengaruh positif signifikan terhadap karyawan.

PEMBAHASAN

A.      Konsep Kepuasan Kerja
Para ahli manajemen sumber daya manusia dan perilaku organisasi memberikan definisi atau konsep mengenai kepuasan kerja dengan ungkapan bahasa dan tinjauan dari sudut pandang yang berbeda-beda namun makna yang terkandung pada umumnya sama, yaitu bahwa kepuasan kerja itu adalah sikap dan perasaan umum dari seorang pekerja terhadap pekerjaannya.
Mengacu pada prinsip pengembangan sumber daya manusia dan berbagai studi tentang upaya pihak manajemen dalam menyiapkan sarana dan prasarana yang memadai, pemenuhan kebutuhan finansial serta kesempatan pengembangan diri karyawan, sehingga setiap karyawan dapat mencapai kepuasan kerjannya. Karyawan berkinerja dengan baik, jika mereka memiliki kepuasan kerja yang tinggi. Robins and Judge (2011:110) dalam buku “Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan” menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah sikap positif pegawai terhadap pekerjaannya.
Dalam unit kerja, pegawai tidak hanya sekedar bekerja, akan tetapi menghadapi berbagai macam situasi, misalnya menyangkut hubungan dengan rekan kerja, dengan kebijakan atasan, dengan imbalan yang diterima, dan kesempatan promosi. Hal ini dipercayai oleh sebagian besar pihak manajemen bahwa kepuasan kerja dapat mempengaruhi perilaku tenaga kerja, produktivitas kerja, tingkat absensi tenaga kerja dan perputaran tenaga kerja.
Menurut Diaz Serrano and Vieira (2005) dalam buku “Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan” menyatakan bahwa kepuasan kerja dianggap sebagai prediktor penting dalam meraih kesejahteraan individu. Sedangkan menurut Gazioglu and Tansel (2002) dalam buku “Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan” menyatakan bahwa kepuasan kerja juga merupakan prediktor yang baik terhadap keinginan atau keputusan seseorang untuk meninggalkan pekerjaannya.
Dari beberapa definisi kepuasan kerja yang telah diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan keja itu merupakan bagian kepuasan hidup yang berhubungan dengan perasaan dan sikap dari seorang pekerja terhadap pekerjaannya.

B.       Teori Kepuasan Kerja
Sharma dan Chandra (2004:315) dalam buku “Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan” menyatakan bahwa kepuasan kerja dapat diterangkan oleh teori-teori sebagai berikut:
1.        Teori Need Fulfilment
Teori ini menyatakan bahwa kepuasan kerja diukur melalui penghargaan yang diterima pegawai atau tingkat kebutuhan yang terpuaskan. Ada hubungan langsung yang positif antara kepuasan kerja dan kepuasan aktual terhadap kebutuhan yang diharapkan.
2.        Teori Equity
Teori ini mengemukakan bahwa orang akan merasa puas sepanjang mereka merasa ada keadilan (equity). Perasaan equity dan inequity diperoleh dengan membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor, maupun ditempat lain.
3.        Teori Discrepancy
Untuk mengukur kepuasan kerja seseorang dilakukan dengan dorongan menghitung selisih antara apa yang diharapkan dari pekerjaan dengan kenyataan yang dirasakan.
4.        Teori Motives
Terdapat dua faktor pengukur kepuasan dan ketidak puasan pegawai yakni:
a.       Faktor Maintenance, adalah faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakekat manusia yang ingin memperoleh ketentraman meliputi gaji, kualitas supervisi, kebijakan organisasi, status, keamanan bekerja dan kondisi kerja.
b.      Faktor Motivator, menyangkut kebutuhan psikologis pegawai. Faktor ini berhubungan dengan penghargaan terhadap peribadi pegawai yang secara langsung berkaitan dengan pekerjaan seperti prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri.
5.        Teori Social Refrence-Group
Teori ini hampir menyerupai teori Need Fulfilment, namun perbedaannya adalah bahwa dalam teori ini, harapan; keinginan; serta kepentingan adalah milik individu dalam kelompok bukan sebagai individu yang independen.

C.      Faktor Kepuasan Kerja
            Penelitian Herzberg (1980) dalam Daft (2010) mengemukakan faktor-faktor yang dapat meningkatkan kepuasan kerja adalah:
1.        Pencapaian prestasi
2.        Pengakuan Prestasi
3.        Pekerjaan yang menantang
4.        Tanggung jawab yang bertambah
5.        Pertumbuhan serta perkembangan

D.      Dimensi Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja meliputi enam dimensi yakni :
1.        Gaji. Berkaitan dengan kompensasi yang diperoleh pegawai atas pekerjaan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar pegawai namun juga untuk kebutuhan yang lebih tinggi. oleh karena itu gaji yang diterima pegawai haruslah memenuhi kebutuhan nominal, bersifat mengikat, menimbulkan semangat, diberikan secara adil dan bersifat dinamis.
2.        Pekerjaan itu sendiri. Pekerjaan harus menarik bagi pegawai, memberikan kesempatan belajar dan kesempatan menerima tanggung jawab.
3.        Promosi. Merupakan proses pemindahan dari satu jabatan ke jabatan lainnya yang lebih tinggi dalam organisasi. Kesempatan promosi ini memberikan pengaruh yang bervariasi terhadap kepuasan kerja pegawai dalam organisasi.
4.        Kelompok kerja. Teman kerja yang ramah dan mudah diajak kerjasama memberikan kepuasan kerja bagi pegawai lainnya yang akan membuat pekerjaan menjadi lebih mudah dilakukan dan akibatnya pegawai mendapat kepuasan kerja.
5.        Pengawasan. Gaya atasan dalam menjalankan pengawasan terhadap pegawai dapat berupa memberikan perhatian dan partisipasi pegawai.
6.        Kelompok kerja. Didalam organisasi pegawai masuk ke dalam kelompok kerja. Kelompok kerja yang kondusif akan memberikan kemudahan pegawai bekerja dan pada akhirnya memberikan kepuasan kerja.

E.       Pengukuran Kepuasan Kerja
            Pengukuran kepuasan kerja dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa pendekatan, yaitu single global rating method (SGRM) yang mengukur sikap kerja seseorang terhadap pekerjaannya, dan Summation score method (SCM) yang mengukur tentang pengenalan tugas kerja dan beban kerja, lingkungan kerja, hubungan supervisi, kesempatan promosi karier, dan hubungan dengan relasi kerja.
            Pengukuran kepuasan kerja juga dapat menggunakan pendekatan Need Satidfaction Questonaire (NSQ) dengan indikator sebagai berikut:
a)        Hubungan baik dilingkungan akademik, yaitu adanya hubungan supervisi, hubungan sosial diantara dosen dengan pihak manajemen fakultas, dan kemampuan beradaptasi dengan sarana pekerjaan.
b)        Kemampuan utilitas, yaitu berkaitan dengan sikap dosen terhadap kebijakan kepemimpinan perguruan tinggi, kebijakan peraturan jam kerja, kesempatan untuk berekreasi, dan peluang promosi karier.
c)        Kebijakan kesejahteraan, yaitu kebijakan yang menimbulkan efek kepuasan dosen, yaitu pada sistem pengupahan, pemberian tunjangan/kompensasi, dan insentif.

KESIMPULAN

            Kepuasan kerja menurut saya pribadi merupakan hasil positif yang didapat dari kinerja yang dilakukan dengan baik serta efektif dan efisien. Untuk menunjang kepuasan kerja, dapat didukung dengan berbagai macam faktor baik dari internal pegawai maupun dari faktor eksternal. Seperti faktor internal dari diri pegawai adalah ketika ingin di promosikan, maka pegawai harus memiliki skill dan pengetahuan yang luas dan tentu saja hal tersebut dilihat dari usaha dan kinerja pegawai dalam organisasi. Sedangkan faktor eksternal seperti kelompok kerja, jika memiliki teman kerja yang mau diajak bekerjasama dan ramah maka akan menimbulkan kepuasan kerja karena pekerjaan menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Untuk mengukur tingkat kepuasan kerja pegawai biasanya dilihat dari penghargaan atau tingkat kebutuhan pegawai yang terpenuhi, jadi semakin besar kebutuhan pegawai yang terpenuhi makan tingkat kepuasan kerja pegawai tersebut tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Meithiana Indrasari, S.T., M.M. 2017. Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan. Sidoarjo: Indomedia Pustaka.
Robbins S.P. 2003. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi dan Aplikasi. Jilid I. Jakarta: PT. Prehalindo Persada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar