MANAJEMEN
SUMBER DAYA MANUSIA
Oleh
: Anita Saraswati
Mahasiswa
Prodi Akuntansi, Universitas Gunadarma
Email
: anitasaras97@gmail.com
KEPUASAN KERJA
PENDAHULUAN
Dalam era globalisasi
ini persaingan bisnis semakin ketat dengan kompetitornya, perusahaan dituntut
untuk dapat bersaing dengan perusahaan lainnya. Hal ini menuntut perusahaan
untuk memiliki keunggulan dan melakukan inovasi agar terus bertahan. Untuk
dapat unggul dan melakukan inovasi, perusahaan harus memiliki sumber daya
manusia yang mampu mendukung perusahaan dalam mencapai tujuannya.
Perusahaan membutuhkan
sumber daya manusia yang kompeten untuk melakukan kegiatan-kegiatan di dalam
perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan sebaiknya melakukan pengelolaan yang
baik terhadap karyawan melalui manajemen sumber daya manusia. Dengan adanya
pengelolaan yang baik, maka akan mewujudkan kepuasan kerja karyawan.
Menurut Robbin
(2003:78) dalam buku “Kepuasan Kerja dan
Kinerja Karyawan” menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah sikap umum
terhadap pekerjaan seseorang yang menunjukkan perbedaan antara jumlah
penghargaan yang diterima pekerja dan jumlah yang mereka yakini seharusnya
mereka terima.
Pada dasarnya kepuasan
kerja merupakan hal yang bersifat individual karena setiap individu akan
memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan nilai-nilai yang
berlaku dalam diri setiap individu semakin banyak aspek dalam pekerjaan yang
sesuai dengan keinginan individu, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang
dirasakan.
Studi
Terdahulu tahun 2012-2015
No
|
Nama dan Tahun Penelitian
|
Judul
|
Hasil Penelitian
|
|
1.
|
Noor
Arifin, 2012
|
Analisis
Kualitas Kehidupan Kerja, Kinerja, dan Kepuasan Kerja pada CV Duta Senenan
Jepara
|
Hasilnya
menunjukkan bahwa kualitas kehidupan kerja mempengaruhi kinerja, kepuasan mempengaruhi
kinerja karyawan, dan kualitas kehidupan kerja tidak berpengaruh pada
kepuasan karyawan.
|
|
2.
|
Eddy Madiono Sutanto dan Carin Gunawan, 2013
|
Kepuasan kerja, Komitmen Organisasional dan
Turnover Intentions
|
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kepuasan kerja dan komitmen organisasional
berpengaruh signfikan baik secara parsial maupun simultan terhadap turnover
intentions karyawan.
|
|
3.
|
S Pantja Djati dan M Khusnaini, 2004
|
Kajian
terhadap Kepuasan Kompensasi, Komitmen Organisasi, dan Prestasi Kerja
|
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kepuasan karyawan dengan materi dan kompensasi sosial telah secara signfikan
mempengaruhi loyalitas pegawai, kemauan untuk bekerja dan esprit de corps.
|
|
4
|
I Wayan Juliantara dan I Gede Riana, 2015
|
Pengaruh Motivasi dan Kepuasan Kerja terhadap
Kinerja Karyawan Koperasi di Denpasar
|
Hasil
penelitian menunjukan bahwa motivasi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja, motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kepuasan kerja, kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja.
|
5
|
Rita Johan, 2002
|
Kepuasan
Kerja Karyawan dalam Lingkungan Institusi Pendidikan
|
Dari
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian diterima dalam
arti bahwa terdapat hubungan positif antara ketiga variabel bebas dengan
variabel terikat baik secara sendiri-sendiri ataupun bersama-sama.
|
6
|
Arum Darmawati, 2013
|
Pengaruh
Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi terhadap Organizational Citizenship
Behavior
|
Penelitian
ini menemukan bahwa variabel kepuasan kerja memiliki pengaruh positif dan
signifikam terhadap variabel organizational
citizenship behavior sementara itu komitmen organisasi pengaruhnya tidak
signifikan.
|
7
|
Ayu Desi Indrawati, 2013
|
Pengaruh
Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan dan Kepuasan Pelanggan pada Rumah
Sakit Swasta di Kota Denpasar
|
Hasil
yang diperoleh dalam penelitian ininyaitu kepuasan kerja berpengaruh positif
signifikan terhadap karyawan.
|
PEMBAHASAN
A.
Konsep
Kepuasan Kerja
Para ahli manajemen
sumber daya manusia dan perilaku organisasi memberikan definisi atau konsep
mengenai kepuasan kerja dengan ungkapan bahasa dan tinjauan dari sudut pandang
yang berbeda-beda namun makna yang terkandung pada umumnya sama, yaitu bahwa
kepuasan kerja itu adalah sikap dan perasaan umum dari seorang pekerja terhadap
pekerjaannya.
Mengacu pada prinsip
pengembangan sumber daya manusia dan berbagai studi tentang upaya pihak
manajemen dalam menyiapkan sarana dan prasarana yang memadai, pemenuhan
kebutuhan finansial serta kesempatan pengembangan diri karyawan, sehingga
setiap karyawan dapat mencapai kepuasan kerjannya. Karyawan berkinerja dengan
baik, jika mereka memiliki kepuasan kerja yang tinggi. Robins and Judge (2011:110) dalam buku “Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan”
menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah sikap positif pegawai terhadap
pekerjaannya.
Dalam unit kerja,
pegawai tidak hanya sekedar bekerja, akan tetapi menghadapi berbagai macam
situasi, misalnya menyangkut hubungan dengan rekan kerja, dengan kebijakan
atasan, dengan imbalan yang diterima, dan kesempatan promosi. Hal ini
dipercayai oleh sebagian besar pihak manajemen bahwa kepuasan kerja dapat
mempengaruhi perilaku tenaga kerja, produktivitas kerja, tingkat absensi tenaga
kerja dan perputaran tenaga kerja.
Menurut Diaz Serrano and Vieira (2005) dalam buku “Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan”
menyatakan bahwa kepuasan kerja dianggap sebagai prediktor penting dalam meraih
kesejahteraan individu. Sedangkan menurut Gazioglu and Tansel (2002) dalam buku “Kepuasan
Kerja dan Kinerja Karyawan” menyatakan bahwa kepuasan kerja juga merupakan
prediktor yang baik terhadap keinginan atau keputusan seseorang untuk
meninggalkan pekerjaannya.
Dari beberapa definisi
kepuasan kerja yang telah diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kepuasan keja itu merupakan bagian kepuasan hidup yang berhubungan dengan
perasaan dan sikap dari seorang pekerja terhadap pekerjaannya.
B.
Teori
Kepuasan Kerja
Sharma
dan Chandra (2004:315) dalam buku “Kepuasan
Kerja dan Kinerja Karyawan” menyatakan bahwa kepuasan kerja dapat
diterangkan oleh teori-teori sebagai berikut:
1.
Teori Need Fulfilment
Teori ini menyatakan bahwa kepuasan
kerja diukur melalui penghargaan yang diterima pegawai atau tingkat kebutuhan
yang terpuaskan. Ada hubungan langsung yang positif antara kepuasan kerja dan
kepuasan aktual terhadap kebutuhan yang diharapkan.
2.
Teori Equity
Teori ini mengemukakan bahwa orang
akan merasa puas sepanjang mereka merasa ada keadilan (equity). Perasaan equity
dan inequity diperoleh dengan
membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor, maupun ditempat
lain.
3.
Teori Discrepancy
Untuk mengukur kepuasan kerja
seseorang dilakukan dengan dorongan menghitung selisih antara apa yang
diharapkan dari pekerjaan dengan kenyataan yang dirasakan.
4.
Teori Motives
Terdapat dua
faktor pengukur kepuasan dan ketidak puasan pegawai yakni:
a.
Faktor Maintenance, adalah faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan
hakekat manusia yang ingin memperoleh ketentraman meliputi gaji, kualitas
supervisi, kebijakan organisasi, status, keamanan bekerja dan kondisi kerja.
b.
Faktor Motivator, menyangkut kebutuhan
psikologis pegawai. Faktor ini berhubungan dengan penghargaan terhadap peribadi
pegawai yang secara langsung berkaitan dengan pekerjaan seperti prestasi,
pengakuan, pekerjaan itu sendiri.
5.
Teori Social Refrence-Group
Teori ini hampir
menyerupai teori Need Fulfilment,
namun perbedaannya adalah bahwa dalam teori ini, harapan; keinginan; serta
kepentingan adalah milik individu dalam kelompok bukan sebagai individu yang
independen.
C. Faktor Kepuasan Kerja
Penelitian Herzberg (1980) dalam Daft (2010) mengemukakan
faktor-faktor yang dapat meningkatkan kepuasan kerja adalah:
1.
Pencapaian prestasi
2.
Pengakuan Prestasi
3.
Pekerjaan yang menantang
4.
Tanggung jawab yang bertambah
5.
Pertumbuhan serta perkembangan
D. Dimensi Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja meliputi
enam dimensi yakni :
1.
Gaji. Berkaitan dengan kompensasi yang
diperoleh pegawai atas pekerjaan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar
pegawai namun juga untuk kebutuhan yang lebih tinggi. oleh karena itu gaji yang
diterima pegawai haruslah memenuhi kebutuhan nominal, bersifat mengikat,
menimbulkan semangat, diberikan secara adil dan bersifat dinamis.
2.
Pekerjaan itu sendiri. Pekerjaan harus
menarik bagi pegawai, memberikan kesempatan belajar dan kesempatan menerima
tanggung jawab.
3.
Promosi. Merupakan proses pemindahan
dari satu jabatan ke jabatan lainnya yang lebih tinggi dalam organisasi. Kesempatan
promosi ini memberikan pengaruh yang bervariasi terhadap kepuasan kerja pegawai
dalam organisasi.
4.
Kelompok kerja. Teman kerja yang ramah
dan mudah diajak kerjasama memberikan kepuasan kerja bagi pegawai lainnya yang
akan membuat pekerjaan menjadi lebih mudah dilakukan dan akibatnya pegawai
mendapat kepuasan kerja.
5.
Pengawasan. Gaya atasan dalam
menjalankan pengawasan terhadap pegawai dapat berupa memberikan perhatian dan
partisipasi pegawai.
6.
Kelompok kerja. Didalam organisasi
pegawai masuk ke dalam kelompok kerja. Kelompok kerja yang kondusif akan
memberikan kemudahan pegawai bekerja dan pada akhirnya memberikan kepuasan
kerja.
E. Pengukuran Kepuasan Kerja
Pengukuran kepuasan kerja dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa pendekatan, yaitu single
global rating method (SGRM) yang mengukur sikap kerja seseorang terhadap
pekerjaannya, dan Summation score method
(SCM) yang mengukur tentang pengenalan tugas kerja dan beban kerja, lingkungan
kerja, hubungan supervisi, kesempatan promosi karier, dan hubungan dengan
relasi kerja.
Pengukuran kepuasan kerja juga dapat menggunakan
pendekatan Need Satidfaction Questonaire (NSQ)
dengan indikator sebagai berikut:
a)
Hubungan baik dilingkungan akademik,
yaitu adanya hubungan supervisi, hubungan sosial diantara dosen dengan pihak
manajemen fakultas, dan kemampuan beradaptasi dengan sarana pekerjaan.
b)
Kemampuan utilitas, yaitu berkaitan dengan sikap dosen terhadap kebijakan
kepemimpinan perguruan tinggi, kebijakan peraturan jam kerja, kesempatan untuk
berekreasi, dan peluang promosi karier.
c)
Kebijakan kesejahteraan, yaitu kebijakan
yang menimbulkan efek kepuasan dosen, yaitu pada sistem pengupahan, pemberian
tunjangan/kompensasi, dan insentif.
KESIMPULAN
Kepuasan kerja
menurut saya pribadi merupakan hasil positif yang didapat dari kinerja yang
dilakukan dengan baik serta efektif dan efisien. Untuk menunjang kepuasan
kerja, dapat didukung dengan berbagai macam faktor baik dari internal pegawai
maupun dari faktor eksternal. Seperti faktor internal dari diri pegawai adalah
ketika ingin di promosikan, maka pegawai harus memiliki skill dan pengetahuan
yang luas dan tentu saja hal tersebut dilihat dari usaha dan kinerja pegawai
dalam organisasi. Sedangkan faktor eksternal seperti kelompok kerja, jika
memiliki teman kerja yang mau diajak bekerjasama dan ramah maka akan
menimbulkan kepuasan kerja karena pekerjaan menjadi lebih mudah untuk
dilakukan. Untuk mengukur tingkat kepuasan kerja pegawai biasanya dilihat dari
penghargaan atau tingkat kebutuhan pegawai yang terpenuhi, jadi semakin besar
kebutuhan pegawai yang terpenuhi makan tingkat kepuasan kerja pegawai tersebut
tinggi.
DAFTAR
PUSTAKA
Meithiana Indrasari, S.T., M.M. 2017. Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan.
Sidoarjo: Indomedia Pustaka.
Robbins S.P. 2003. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi dan Aplikasi. Jilid I.
Jakarta: PT. Prehalindo Persada.